______ Let's ______

TRAVEL. DIVE. EAT. FLY. WRITE. 

_________ Because Everything is Awesome _________

 

 

 

December 8, 2014

Cabut gigi dan Mendaki gunung Semeru

Diatas puncak Mahameru
[5 Desember - 9 December 2013]
Cabut Gigi sebelum naik gunung itu tidak disarankan
Tak lebih dari seminggu yang lalu 2 gigi saya dicabut. Darah mengalir kemana-mana dan rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. Gusi yang masih terasa empuk harus dipersiapkan untuk makan alakadarnya nanti. Berbicara pun masih sengap apalagi makan. Ini bukan cerita tentang penderitaan cabut gigi tapi tentang penderitaan mendaki gunung ketika gigi baru saja dicabut. haha

Makanan alakadarnya
Saya bukan pendaki sejati atau handal ataupun anak gunung. Saya bukan tertarik gara-gara pengaruh film 5 cm yang membuat para amatiran itu pergi...tapi karena bosan bekerja dan kebetulan ada yang ngajak. Kali ini saya bersama Firman, Xeno, Meydi, Rahmat dan Tegar mengawali pendakian kami di atas Mobil Jeep yang kursinyanya tidak empuk sama sekali. 

Mobil jeep ini melaju dari pasar tumpang yang berada di kaki gunung menuju Desa Ranu Pane. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam dan pantat saya harus bersabar akan hal itu. Kami sampai di Ranu Pane jam 8 malam. Ketika itu pos pendaftaran sudah tutup dan para pendaki diharapkan mendaki keesokan harinya Kami ini pria-pria yang tak bisa bersabar. Untuk apa menunggu 10 jam jika saat ini pun bisa dimulai? Akhirnya kami pun menitip lembar pendaftaran ke pendaki lain dan melakukan pendakian malam Sebenarnya pilihan ini tidak boleh ditiru karena pendakian malam tidak dianjurkan sama sekali. 

Perjalanan malam menuju Ranu Kumbolo

Ranu kumbolo : Sunrise dan tanjakan Cinta

Ranu Kumbolo
Seharusnya sampai Ranu Kumbolo hanya memakan waktu 5 jam tapi kami memerlukan waktu 6 jam...mungkin kami berdosa karena naik malam haha. Sampai di Ranu kumbolo tanpa berdiskusi kami pun membuka tenda dan tidur dalam sekejap. Beberapa kali saya terbangun gara-gara ada yang NGORRROOOKKK!!! 

Ranu Kumbolo
Mentari tidak bangun terlalu cepat. Yang jadi masalah adalah kami yang tidur-nya kebablasan, alhasil matahari terbit yang terkenal itu hanya terlihat sedikit saja....belum lagi tiba-tiba saja kabut datang menutup semua yang ada di pandangan mata. "Ah sudahlah" kata saya (ga penting ya haha..).  Inilah tantangan pertama saja yaitu sarapan pagi! teringat gigi yang baru saja tercabut, membuat saya harus mempertahankan posisi makanan agak ke kanan sedikit. Sedikit saja ke kiri, "Ah sudahlah" ucap saya (ga penting lagi haha). Kami sempat memergok seorang bule yang naik gunung dengan tidak membawa tas yang besar. Ternyata dia mau naik-turun gunung dalam satu hari. Gila emang! Kami sempat memberi nasihat pada dia bahwa sebaiknya menuju puncak itu di pagi hari karena kabarnya ada gas beracun. Dan dia pun tak peduli dan sempat membuat kami emosi haha.

Kabut di Ranu Kumbolo
Kami hanya meluangkan waktu selama beberapa jam saja di Ranu kumbolo. Selanjutnya kami harus pergi ke Kalimati. Trek pertama yang harus dilewati adalah Tanjakan cinta. Kata orang-orang sekitar "ketika melewati tanjakan cinta, ingatlah nama orang yang kamu cinta, niscaya dia akan jadi milikmu selamanya asalkan jangan menoleh ke belakang". Ok.....Challange accepted!!!!! saya mau coba ampe ke atas tanpa menoleh tapi gagal gara-gara ada yang manggil."mungkin saya jomblo ampe sekarang gara-gara itu, ah sudah lah" gumam saya sambil mengetik (ga penting pisan!!! haha).

Trek selanjutnya adalah Oro-oro ombo. Iki Oro-oro ombo men!! Oro-oro apaan ya??? haha. Tempat ini benar-benar luas dan terdapat padang laverder yang mekar di bulan juni. Bunga-bunga  itu tidak mekar ketika saya berada di sini tapi tempat ini indah!! Setelah melewati oro-oro Ombo Kami dikejutkan oleh sesuatu yaitu Semangka. Apa-apaanlah ini di tengah gunung ada yang jual Semangka!!! Meskipun membuat saya emosi tapi tetep aja semangkanya di beli haha. Gara-gara kebanyakan makan semangka kami pun jadi gampang capek di perjalanan selanjutnya. Sedikit jalan...sedikit sedikit istirahat.

Oro-oro Ombo
Kalimati : Dilema di tinggal teman 

Kalimati

Wedus Gembel
Perjalanan menuju Kalimati kira-kira membutuhkan waktu selama 5 jam. Inilah gara-gara efek semangka yang ga bikin "Semangat kaka!". Di tengah jalan kami bertemu si bule nekat tadi. Kami mengira dia tidak pergi hingga puncak namun ternyata dia sampai puncak! kami bertanya kepada dia apakah tidak ketemu gas beracun? dia menjawab dengan santainya, " Maybe, I'm just Lucky". Salut lah sama ini orang.

Di Kalimati sendiri terdapat pondok yang saat itu 1 ruangannya kosong. Kami lebih memilih untuk tinggal disana daripada membuat tenda karena ribet. Selagi kami menata ruangan kosong itu, kami dikagetkan oleh seorang remaja paruh baya (ngawur! haha) yang meminta pertolongan. Masih ingat dengan pendaki-pendaki muda yang mana kami menitipkan form kami ke mereka. Remaja ini adalah salah satu dari mereka dan dia ditinggal sama teman-temannya. Sepatu model Converse yang cocok untuk pergi ke sekolah dan tas yang isinya alakadarnya bahkan makanan pun tidak ada.  Mungkin ini saatnya kami berbalas budi. kami mengajak dia makan dan berteduh di pondok kami. Sedih pisan ngeliatnya
Selamat datang di Kalimati

Malam pun tiba dan kami berusaha tidur cepat karena esok dini hari, kami harus memulai perjalanan menuju puncak. Mungkin tak semua dari kami bisa tidur. Yang bisa tidur itu cuma yang ngorok sepanjang malam.

 NGRROKKKKK!!!!!! NGROKKKKKK!!! NGROOOOK!!!

Kali ini suaranya lebih stereo dari bajai! dan suaranya benar-benar ada di telinga kiri dan kanan saya. Gila!!! sebelah kanan dan kiri saya ngorok !!! haha... ntah siapa itu yang ngorok semoga bisa tobat..haha. Target kami malam itu gagal. Hujan deras tiba-tiba saja datang. Kami memutuskan untuk bertahan di Kalimati dan melanjutkannya keesokan harinya. 

Terdapat mata air di Kalimati mungkin sekitar 10 menit jalan kaki. Jalur menuju mata air cukup jelas terlihat.  Memang benar mata air gunung lebih segar daripada air botolan. Sayangnya orang-orang disana tidak menjaga kebersihan. Beberapa diataranya ada yang sikat gigi, keramas dan yang paling parah adalah BAB! 

Kalimati
SUMMIT ATTACK!!!

Pemandangan diatas gunung

Puncak
"PERHATIAN, Batas pendakian hanya sampai Kalimati" 

begitulah tulisan yang tertulis di papan itu. Namun peringatan itu tidak membuat kami peduli. Jam menunjukkan pukul 1 pagi, saat itu hujan sudah reda dan hampir saja membuat kami kecewa. Persiapan kami sudah matang dan siap menuju puncak...yeah! Trek menuju puncak cukup mendaki, namanya juga naik gunung. Kami pun melewati Pos Arcopodo. Pos Arcopodo juga bisa digunakan untuk dijadikan Camp namun saya lebih menyarankan untuk camp di Kalimati karena perjalanan Kalimati-Arcopodo ditambah beban tas di punggung itu bikin menderita haha. Katanya ada nama Arcopodo itu dari 2 arca yang sama atau podo. Letrak kedua arca itu tidak berada di jalur pendakian karena itulah kita tidak bisa menemukan arca itu di pos ini. Sepanjang jalan kami seringkali menjumpai batu-batu nisan yang tertulis nama-nama orang yang pernah wafat di jalur ini. 
"Naik gunung itu tidak boleh sembarangan, ini perjalanan hidup dan mati untuk menikmati Keindahan dan kepuasan seumur hidup"
Menuju puncak
Kami sampai di Cemoro tunggal yang merupakan batas vegetasi. Cemara yang tumbuh jomblo ini merupakan tanda menuju jalur yang benar terutama ketika turun. Alam begitu bijaksananya tumbuh menolong manusia agar tidak tersesat. Alangkah baiknya jika kita harus menjaga alam sebagai timbal balikknya. azzziikkkk...

Karena hujan sempat membasahi pasir di gunung semeru ini, perjalanan kami semakin dimudahkan. Tanah menjadi mudah untuk didaki daripada ketika kering. Lampu-lampu headlamp menjadi pemandangan unik sepanjang perjalanan. Lampu-lampu itu membentuk garis sembarang hingga menuju ke puncak Semeru. Sesekali Semeru menyemburkan belerangnya dan membuat kami harus berlindung sejenak. Jam demi jam pun berlalu dan pada akhirnya kami tiba juga di atas puncak para dewa, puncak Mahameru. Kami memang telat sehingga Matahari pun sudah berada agak ke atas tapi pakde berpesan:
"Sunrise itu bonus, puncak tetap tujuan utama"
Siluet
Puncak Mahameru
Sepatu saya bagus ga??

Cahaya matahari yang dihalangi oleh gunung semeru


Jalur Ayek-Ayek : Hujan, Gelap, diganggu dan dikejar pesawat

Perjalanan turun
Yang paling menyenangkan dari naik gunung adalah turun gunung karena cepat. Pasir gunung Semeru sudah mulai mengering karena sinar matahari sehingga turun gunung dibuatnya semakin seru. Kami ibarat bermain perosotan. kami turun hanya membutuhkan waktu 30 menit sedangkan naik 4 jam haha. Sesampainya di pos kalimati kaki kanan saya terasa sakit mungkin keseleo saja.

Semua barang-barang sudah kami kemas ini tandanya persiapan turun sudah ok. Beberapa teman kami harus mengejar pesawat malam dan kami start turun dari Kalimati tepat jam 1. Kabarnya Ada jalur lebih cepat daripada jalur kami naik yaitu jalur yang bernama Jalur Ayek-Ayek.

Trek pertama setelah Ranu Kumbolo memang indah. Kami menemukan bukit-bukit Teletubbies. Kesenangan kami berhenti ketika menemukan tanjakan loh? awalnya kami mengira tanjakannya sedikit saja dan Sesekali kami berteriak "Lihat disana sudah ada turunan". Ternyata gunung pun bisa jadi Pemberi Harapan Palsu (PHP). Entah berapa tanjakan dan puncak-puncak palsu harus kami lewati hingga langit gelap. 

Pasir di Semeru
Perjalanan yang kami kira singkat begitu saja pudar. Kami sempat bahagia sedikit ketika jalur yang mendaki itu selesai namun perjalanan turunnya pun juga jauh. Kami sempat terpisah menjadi dua kelompok dan kebetulan saya berada di kelompok paling belakang karena kaki saya yang sakit dan tidak bisa berjalan lebih cepat. Entah berapa jam kami berjalan dan suasana saat itu begitu mencekam. Kaki yang terasa sakit kini bisa saya lupakan begitu saja. Saya bisa berjalan lebih cepat, mungkin karena saya merasa bergitu tertantang dengan kondisi saat itu. Tiba-tiba saja saya berada paling depan dari kelompok yang paling belakang. hanya ada 4 orang saja saat itu dan 2 orang lagi sudah turun mendahului. Sesekali saya melihat hal-hal ganjil yang membuat saya berhenti sejenak " Ah ternyata hanya rumput"..."Ah ternyata hanya ranting"..."Ah ternyata hanya lain sebagainya". 

Mungkin kondisi hujan, gelap, sepi dan letih memang membuat imajinasi seseorang kemana-mana. Hal yang terpenting ketika menghadapi kondisi tersebut adalah kerjasama dan Semangka! Perjalanan begitu lama dan jauh dan sempat membuat kami berpikir apakah kami tersesat? Kami ibarat seorang musafir yang sedang mencari jalan yang benar. Kembali ke belakang tidak mungkin, terus maju pun ragu-ragu.

Berjam-jam kami sudah lewatkan dan Alhamdulillah sampai juga di desa kira-kira pukul 9 malam. Untung saja ada warga yang menawarkan jasa ojek malam itu menuju Ranupane. Diantara 4 orang yang paling belakang tadi ada seseorang yang diam saja selama perjalanan (awalnya dia yang paling bersemangat). Dia bercerita bahwa sebenarnya tadi sepanjang perjalanan dia mendengar suara-suara aneh berupa gamelan dan suara suara orang yang berjualan. Seketika saya langsung merinding.

Pada akhirnya mau tidak mau pesawat tetap tidak bisa terkejar.

From Summit to Sea 
Saya sampai di tempat saya bekerja penuh dengan cerita-cerita seru dan menegangkan. satu hari setelah saya turun gunung ternyata saya harus langsung pergi offshore. Saya baru sadar ternyata saya cabut gigi buat pergi offshore haha. Pergi ke tengah laut dan hidup hanya sebatas kapal seluas 60 m x 30m. Mencari sesuap nasi untuk destinasi selanjutnya

Perjalanan kali ini memberi pelajaran bahwa menghadapi hal-hal sulit bersama-sama justru dapat membentuk ikatan yang kuat meskipun dengan orang-orang yang baru saja di kenal. Satu lagi yang paling penting DIATAS GUNUNG ITU INDAH!!!!

Challange Accepted
Mau cerita yang lain ke blognya pakde Tegar