______ Let's ______

TRAVEL. DIVE. EAT. FLY. WRITE. 

_________ Because Everything is Awesome _________

 

 

 

May 16, 2014

10 days in Japan : Kyoto , Kota kuno di zaman Edo

Dini hari di Gion, Kyoto
[22 April 2014]
Hari ke 3, Akhirnya berakhir juga perjalanan sendirian galau saya. Teman seperjalanan saya, dua orang itu sebut saja Sandy dan Ganies (Nama asli), baru saja sampai di Osaka.  Kami bertemu di Shin-Osaka station. Kalian tahu kenapa kita bertemu di stasiun ini? Tentu saja karena stasiun ini adalah satu-satunya tempat untuk naik Shinkansen! JRPass benar-benar Tiket Dewa! Osaka-Kyoto dengan jarak 50 km cuma ditempuh selama 10 menitan. Parah! dari Kopo ke kampus aja ga sampai segitunya! Kecepatan shinkansen dapat mencapai 300an km/jam


Neng! kereta abang udah dateng
Kyoto, kota seribu temple


Kondisi di dalam bis bersama bapak botak(kiri) dan gerbang menuju Kiyomizudera
Setelah puas menikmati Shinkansen bersama kedua temen saya ini yang baru pertama kali naik Shinkansen..ah katrok lah, foto-fotoan alay (Padahal hari sebelumnya saya juga gitu haha), Kami pun bergegas keluar dari kereta dan menuju pintu keluar. Di stasiun sendiri sudah disediakan Tourist Center cukup membantu untuk turis yang kebingungan kayak kami.

Untuk transportasi di Kyoto sendiri, mayoritas tidak didukung JRPass. Adapun 1 day pass hari untuk Bis seharga 500 yen dan Subway seharga 700 yen. Lebih murah membeli tiket 1 day pass karena tarif bis terutama flat 230 yen jauh dekat. Kami lebih memilih bis ketimbang subway karena jangkauannya lebih luas terutama ke tempat-tempat wisata. Jangkauan 1 day pass bahkan sudah mencapai ke Arashiyama. Cara membelinya cukup gampang, tinggal ke halte bus ..nah disana ntar bakal ada sejenis mesin tiket.

Wanita berkimono

Manisan bunga sakura!?
Kejadian menarik terjadi ketika kami menuju ke hostel, mungkin kejadian ini pasti pernah dialamin oleh parah turis yang pergi ke Jepang. Kami turun ntah di halte antah berantah dan setelah kami turun, kami pun bingung...bingung gimana caranya menuju ke hostel (Padahal udah deket tinggal belok kiri). Kami pun memutuskan untuk bertanya pada orang lokal. Karena kami tahu sedikitnya orang yang bisa berbahasa inggris, akhirnya kami memilih orasng yang tamapk pintar. Muncul sesosok pemuda berpakain casual, berkacamata dan tampak seperti mahasiswa teladan berIPK cumlaude. Pas kami tanya.....ujung-ujungnya...ah sudahlah..haha. Kamipun cuma bisa berdialog dengan bahasa inggris tapi dibalas dengan bahasa Jepang. Untungnya topik pembicaraan kami menuju ke arah yang benar. Meskipun ia orang lokal, tetap saja ga tau jalan. Akhirnya ia pun bertanya ke penjaga toko yang dekat dengan tempat kami tapi penjaga toko pun ga tau jalan juga. Akhirnya dengan bahasa yang campur aduk kami berikan kertas bookingan hostel kami. Dia melihat nomer telpon disana dan mencoba menelponnya..niat benerlah ini ngebantunya. Apa yang kami pikirkan saat itu adalah benar kata orang, kalau orang Jepang itu benar-benar ramah! Akhir cerita kami pun selamat sampai hostel

Hostel kedua saya ini bernama A-yado ion hostel. Hostelnya berbentuk ruko dan di bawahnya ada tempat karaoke dan warung sushi. Lokasinya benar-benar di daerah Gion. Gion sendiri tempat yang terkenal dengan pekerja seni yang bernama Geisha.

Kami berencana mengunjungi temple-temple yang ada di setiap sudut Kyoto namun melihat harga tiket masuknya berkisar 300 yen sampai 500 yen akhirnya kami cuma berfoto-foto ria di depan pintu gerbangnya saja. harap maklum turis kismin. Kami sendiri udah cukup sangat bahagia dengan cuma liat pintu gerbangnya apalagi kalau banyak yang make kimono disana..hehe


Arashiyama, pencarian Sakura kedua yang nihil

Jembatan Togetsukyo
Bosan dengan temple-temple yang mahal, Kami pun beralih ke sedikit ke pinggiran kota sebelah barat Kyoto, Arashiyama. Arashiyama sendiri terkenal dengan viewnya ketika autumn dan spring. Sayang sekali saya datengnya telat jadinya sakuranya sudah pada rontok semua. 

Kebun bambu
Tujuan pertama kami adalah Kebun bambunya. Bambunya sendiri nampaknya sangat biasa bagi orang Indonesia namun yang membuat berbeda adalah penataannya bagus sehingga kalau di Indonesia kebun bambu itu horor, gara-gara dikasih cerita ntah darimana, disini malah dijadiin tempat turis. Kami terus berjalan entah kemana, naik dan turun samapai akhirnya kami pun menemukan spot diatas bukit yang indah. Spot ini gabungan dari perbukitan yang ditengahnya mengalir sungai batu yang jernih namun hanya satu yang kurang langit yang cerah. urun ke bawah menuju sungai tersebut dan mendapatkan spot mantap untuk sholat. Sholat di pinggir sungai dan mendengar gemercik air...ahh pecahlah!

perbukitan dan sungai memang perpaduan yang indah

Berlari diantara Fushimi inari


Beralih ke pinggiran kota lainnya lebih ke arah timur, Fushimi inari. Tempat ini mengingatkan adegan anak kecil lari di bawah sejajaran torii gate di film Memoirs of geisha. Saya belom pernah nonton filmnya, pura-pura tahu aja biar dapet sensasinya haha. Sialnya yang sekarang lari malah temen-temen saya euy.sial........
Ukuran Torii gate disesuaikan dengan sumbanganya
Fushimi inari ini memiliki sekumpulan torii gate yang diletakkan seperti terowongan. Warna merah menyala dari Torii gate tersebut memberikan kesan sakral yang mempesona. Kabarnya torii gate ini dibuat atas sumbangan dari orang-orang yang menyumbang di shrine ini. Semakin besar sumbangannya maka semakin besar pula ukuran Torii gatenya. Kalau kita lihat di setiap Torii gate tertulis tulisan Kanji dan hiragana, itu adalah nama orang atau keluarga yang sudah memberikan sumbangan. Ada juga Torii gate ukuran mini sebesar gengaman tangan yang digantung-gantungkan di pelataran shrine ini dan saya yakin harganya juga jauh lebih murah


Hunting Geisha di Malam hari


Menikmati pinggiran sungai di Gion
Wanita berkimono di Gion
Malam pun tiba, saatnya berburu Geisha dan mudah-mudahan ada yang mau di foto bareng. Beruntungnya Hostel kami berada di kawasan Gion. Temoat terkenal di Kyoto dimana para Geisha sering berkumpul. Geisha sendiri merupakan pekerja seni dan teman ngobrol saja untuk pria-pria galau yang kesepian. Biasanya Geisha yang keluar di siang hari itu memang muncul untuk turis (buat yang mau foto-foto, siang hari lebih memungkinkan karena di malam hari mereka cenderung menolak) dan di malam harinya saatnya mereka bekerja yang sebenarnya.

Tiba-tiba saja banyak taxi lalu lalang di sekitaran hostel kami. Benar saja hostel kami ini dikelilingi oleh Pub dan klub malam. Keluarlah seorang pria paruh baya dari taxi bewarna hitam. Tiba-tiba saja muncul beberapa wanita ada yang berbusana seperti Geisha atau cuma mengenakan kimono saja atau malah menggunakan dress. Entah kenapa banyak pria tua yang galau disini. Ada pula pria-pria menggunakan jas berada di depan pub-pub tersebut. Nah untuk yang satu ini khusus untuk wanita-wanita yang galau dan kesepian. Awalnya saya kira itu security atau sejenis satpam haha.

Restoran Indonesia
Kami pun berkeliling, muter-muter sampai menemukan restoran Indonesia. Kalau dilihat menunya sudah pasti itu masakan indonesia bahkan nama chef-nya aja Budi. Harga tempe 735 yen atau sama dengan Rp.80.000 !!!!!!. Patut bersyukur bisa merasakan gorengan tempe seharga 500 rupiah haha. Ujung-ujungnya malam-malau galau kami berujung di warung sushi yang ada di bawah hostel.

2 comments:

  1. Memoir of geisha, lu harus nonton gun, itu keren filmnya, hahaha


    Poztingan lu bikin gw pingin ke jepang jg, rumornya bakal gak ada pake visa lagi ya?

    ReplyDelete