______ Let's ______

TRAVEL. DIVE. EAT. FLY. WRITE. 

_________ Because Everything is Awesome _________

 

 

 

April 29, 2011

Kisah tentang pohon


”Merendahlah, engkau kan seperti bintang-gemintang
Berkilau di pandang orang
Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi
Janganlah seperti asap
Yang mengangkat diri tinggi di langit
Padahal dirinya rendah-hina…”
(Ust. Rahmat Abdullah)

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang
senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang
memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di
keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon
apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak
lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main
lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang
bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu. “Aku ingin sekali
memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.” Pohon apel itu
menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil
semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli
mainan kegemaranmu. ” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua
buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun,
setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali
sedih.

Suatu hari anak lelaki itu atang lagi. Pohon apel sangat senang
melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku
tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk
keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau
menolongku?” “Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh
menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu
dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak
lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon
apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita menyambutnya. “Ayo bermain-main lagi deganku,” kata
pohon apel. “Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin
hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi
aku sebuah kapal untuk pesiar?” “Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau
boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang
kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah .” Kemudian, anak lelaki
itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia
lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
“Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi
untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah
apelmu,” jawab anak lelaki itu. “Aku juga tak memiliki batang dan dahan
yang bisa kau panjat,” kata pohon apel. “Sekarang, aku sudah terlalu tua
untuk itu,” jawab anak lelaki itu. “Aku benar-benar tak memiliki apa-apa
lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang
sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air
mata. “Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku
hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah
sekian lama meninggalkanmu. ” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar
pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari,
marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan
tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel
itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua
kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang
ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun,
orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa
mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa
anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi
begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Sumber: Anonymous

No comments:

Post a Comment